Bahkan, lokasi tempat produksi rengginang itu dapat disebut sebagai sentra produksi rengginang. Pasalnya, sebagian besar penduduknya desa ini bekerja sebagai pembuat rengginang.
Meski terkenal, produk rengginang dari desa ini belum bisa bersaing dengan produk rengginang lainnya. Sebab, mereka hanya membuat produk rengginang mentah dengan rasa original. Tidak ada nilai tambah dari produk tersebut untuk meningkatkan harga jual. Melihat kondisi tersebut, Adinda Soraya Mutilarang tergerak untuk mengembangkan produk lokal tersebut.
Dengan latar belakang agribisnis di Universitas Padjadjaran (Unpad), dia dan rekan-rekannya membentuk Desanesia, kelompok untuk mengangkat potensi bisnis di desa ini. Perempuan berusia 25 tahun ini mulai melakukan observasi pada akhir 2012. “Produk asli di sini memang rengginang jadi saya putuskan untuk mengembangkan produk itu saja,” katanya.
Idenya adalah membuat rengginang berbagai rasa. Wanita kelahiran Bandung ini mencoba untuk mengumpulkan ibu-ibu setempat dengan membuat satu kelompok. Meski niatnya baik, usaha Dinda ini awalnya sempat diragukan oleh sebagian warga di sana.
Untuk mendapatkan resep rengginang aneka rasa, Dinda menggandeng temannya yang berpengalaman di bidang tataboga. Perempuan yang mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran Bandung ini membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk bisa mengumpulkan warga dan berhasil membuat produk rengginang aneka rasa.
Dinda berhasil membuat lima rasa rengginang beberapa di antaranya adalah keju, pedas, dan cokelat. Dia membanderol harga produknya mulai dari Rp 18.000 hingga Rp 24.000 per bungkus. Saat ini, Dinda dengan kelompok ibu-ibu ini dapat memproduksi sekitar 40 keping rengginang per hari. Dari situ, ibu-ibu ini bisa mendapatkan tambahan penghasilan Rp 300.000-Rp 500.000 per bulan.
Produk hasil pengembangan Dinda ini mendapat respon yang cukup baik. Sejumlah pengusaha rengginang lainnya berniat untuk juga membuat produk rengginang aneka rasa. Sayangnya, Dinda enggan untuk membagi resep.
Usaha Dinda untuk meningkatkan nilai produk rengginang Desa Cikoneng juga lewat bantuan promosi. Wanita berhijab ini menggunakan media digital untuk memperkenalkan produknya untuk menggaet konsumen.
Selain itu, dia juga bekerjasama dengan toko setempat dan reseller. “Karena ini harganya cukup mahal lebih baik kita pemasaran lewat reseller,” jelasnya.
Ke depannya, dia akan terus mengembangkan usahanya dengan melakukan perbaikan manajemen. Selain itu, Dinda berharap akan ada lebih banyak ibu-ibu lainnya yang bersedia bergabung dengan kelompoknya.
Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id
Posting Komentar