Diantara cara yang ditempuh oleh manusia untuk memperoleh jaminan dan dukungan itu adalah dengan mengandalkan ‘jalan gaib’ baik dalam bentuk sesuatu yang dibaca (kan), dituliskan (kan), berupa benda yang dibawa/dipakai/ disimpan, laku ritual tertentu, yang dimakan/diminum, olah nafas/ gerak tertentu dsb. Semua itu terkait erat dengan bentuk-bentuk pengembangan berikutnya dari aktivitas yang berhubungan dengan RUQYAH.
Ruqyah atau mantera (jawa : suwuk, jopa-japu) sudah ada sejak sebelum RosuluLLah saw diutus. Keberadaannya dibutuhkan
dalam kehidupan manusia. Hanya saja Islam melarang setiap hal yang
mendatangkan kerugian dan kesesatan, sekalipun hal itu ‘dibutuhkan’.
Islam menggantikan setiap kebutuhan yang dilarang itu dengan
sesuatu yang halal yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan hidup
selamanya. Mantera-mantera (Ruqyah) untuk perlindungan atau penyembuhan –
baik yang jelas ke-syirik-annya maupun yang samar-samar – adalah suatu yang dilarang, sekalipun ‘seolah-olah’ mendatangkan hasil. Dalam sebuah riwayat shohih diberitakan,
عَنْ
عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى
الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟
فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقْيَةِ
مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)
Dari
sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa
Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut
pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera)
kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung
kesyirikan” (HR. Muslim).
Meruqyah dengan cara yang sesuai dengan kaidah syari’at (الرُّقْيَةُ الشَّرْعِِيَّة)
tidak hanya dikhususkan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan
Jin atau Sihir saja. Terbukti dari beberapa do’a Ruqyah yang diajarkan
Nabi saw banyak yang berhubungan dengan penyakit-penyakit pada umumnya
termasuk luka-luka, ‘keracunan’ dsb. ALLAH swt menurunkan Al-Quran yang
diantara fungsinya adalah sebagai SYIFAA’ (obat/ penyembuh) terhadap
penyakit serta gangguan secara umum.
Praktek ruqyah dapat dilakukan baik secara individul atau secara massal yang disetarakan dengan pengobatan massal.
Beberapa ulama dalam kitab-kitab hadits mereka (seperti Imam
Al-Bukhori, At Tirmidzi dan Abu Dawud) memberi penjelasan tentang Ruqyah
dalam Bab At Thibb (Pengobatan). Dalam praktek Ruqyah Syar’iyyah
(individual atau secara massal) inilah nilai-nilai dakwah
dengan menanamkan kebersihan Aqidah dan ke-shohihan ibadah secara
hikmah dapat kita sampaikan dan mau’izhoh hasanah secara efektif bisa
kita ungkapkan(الرُّقْيَةُ الدَّعْوِيَّة) .
Meruqyah juga tidak dikhususkan hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang tertentu. Bagaimanapun juga Ruqyah adalah
salah satu warisan RosuluLLah SAW kepada semua umatnya sebagaimana
ajaran-ajaran beliau yang lain. Selama syarat--syarat sebagai
muslim yang ‘baik’ secara minimal dapat kita penuhi, insya ALLAH kita
semua dapat meruqyah. Syarat-syarat (minimal) tersebut adalah Bersih Aqidah kita dan Benar Ibadah kita sesuai yang diajarkan oleh RosuluLLah saw.
Semoga
semakin banyaklah kaum muslimin yang bisa melakukan peruqyahan
syar’iyyah, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarganya. Dengan
demikian semakin banyak pula masyarakat kita yang terselamatkan
dan mau meninggalkan ruqyah-ruqyah syirkiyyah (terapi yang mengandung
kesyirikan) dengan beralih kepada Ruqyah Syar’iyyah. Dan semoga
masyarakat kita dapat merasakan hidup berkah yang sebenarnya setelah
terlepas dari kekeliruan-kekeliruannya tersebut. Amin.
Definisi Ruqyah
- Bahasa.
AR-RUQYAH (الرُّقْيَةُ) bentuk jamaknya AR-RUQO (الرُّقَي)artinya Jampi, Mantera, Suwuk, Rapal.
- Istilah.
Segala ungkapan yang digunakan sebagai mantera untuk kesembuhan, perlindungan/penjagaan, penguatan, kelancaran, kemudahan, dst.
Jenis Ruqyah
- Ruqyah Syirkiyyah/Jahiliyyahالرُّقْيَةُ الشِّرْكِيَّةُ : Ruqyah/mantera yang keseluruhan atau sebagiannya mengandung kesyirikan/kejahiliyahan atau tidak sesuai dengan syari’at Islam.
- Ruqyah Syar’iyyah الرُّقْيَةُ الشَّرْعِيَّةُ : Ruqyah/mantera yang diperbolehkan dan sesuai dengan kaidah syari’at Islam.
عَنْ
عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى
الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟
فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقَى مَالَمْ
يَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)
Dari
sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa
Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut
pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera)
kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung
kesyirikan” (HR. Muslim).
- RuqyahDa’wiyyah الرُّقْيَةُ الدَّعْوِيَّة: Ruqyah/mantera Syar’iyyah yang pelaksanaannya lebih mengutamakan aspek2 dan kaidah2 serta target2 da’wah disamping berfungsi sebagai terapi itu sendiri.
Diantara definisi Ruqyah (Syar’iyyah) dari segi keilmuan :
هى علم من أجل العلوم وهى يدخل فيها كل ماهو من القرآن الكريم ومن السنة النبوية المطهرة
وهو ان الراقى يستخدم آيات الله ويؤمن ويوقن به ايقان شديد فى تاثيرها فى المريض
Ruqyah merupakan suatu
ilmu dari bagian ilmu-ilmu yang di dalamnya mengandung segala hal yang
berasal dari Al-Quran yang Mulia dan Sunnah Nabawiyah yang Suci.
Dan bahwa orang yang meruqyah (الراقى) menggunakan
ayat-ayat ALLAH swt (dan do’a-do’a Nabi) dengan penuh keimanan dan
keyakinan yang sangat kuat (bahwa dengan izin ALLAH ayat dan do’a itu)
memberi dampak kebaikan kepada orang yang sakit (penderita).
والرقية تعالج كل الامراض الروحية من سحر ومس وحسد وسواس نفسى وغيرهاوتعالج العديد من الامراض العضوية وتزيل الامراض الخبيثة
مثل السرطانات وفيروس الكبدى وغيرها .
Ruqyah meng-ilaj penyakit-penyakit Ruhiyyah (sihir, kesurupan, hasad, was-was dsb) selain itu pula meng-ilaj beberapa penyakit ‘udhwiyyah (fisik) serta menghilangkan penyakit buruk lainnya seperti kanker, virus lever
(hepatitis) dsb
Perbedaan Pendapat terhadap Hadits-hadits tentang Ruqyah
- Yang cenderung melarang atau menghindar dari Ruqyah diantaranya bersandar kepada beberapa hadits berikut (dan sejenisnya) :
أحاديث “النهي” عن الرقي :
- عن جابر رضي الله عنه قال : نهي رسول الله صلى لله عليه و سلَم عن الرُّقي (رواه مسلم)
“Dari sahabat Jabir r.a berkata : RasuluLlah saw telah melarang Ruqyah” (HR. Muslim)
- عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى لله عليه و سلَم : إنّ الرقى و التِّوالة شِرْكٌ (رواه حاكم و صححه – المستدرك، كتاب الطب)
“Dari
Ibn Mas’ud r.a berkata : Bersabda RasuluLLah saw : Sesungguhnya Ruqyah
dan Tiwalah (sejenis ‘pelet’) adalah perbuatan Syirik” (HR. Hakim)
- عن ابن عباس رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى لله عليه و سلَم : ” يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ، قَالُوا وَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هُمُ الَّذِينَ لا يَكْتَوُونَ وَلا يَسْتَرْقُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (رواه الشيخان)
و في رواية عند مسلم : هُمُ الَّذِينَ لا يرقون وَلا يَسْتَرْقُونَ ولا يتطيّرون ولا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Dari Ibn Abbas ra, dia berkata: Telah bersabda RasuluLLah saw : Akan masuk surga tanpa hisab dari umatku sebanyak 70 ribu orang.
Para sahabat bertanya, siapakah mereka itu ya RasuluLLah ? Beliau
bersabda : mereka itu adalah orang-orang yang tidak minta di-kay dan tidak minta diruqyah dan mereka bertawakkal kepada Robb mereka. (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim : “mereka itu yang tidak meruqyah dan tidak minta diruqyah tidak tathoyyur, tidak minta di-kay dan mereka bertawakkal kepada Robb mereka”.
- Yang menganggap Ruqyah sebagai contoh yang dilakukan oleh Nabi saw dan para sahabatnya :
أحاديث ترخّص بالرقية و تأمر بها :
1. عن عائشة رضي الله عنها قالت : أمرني رسول الله صلى لله عليه و سلَم أن أسترقي من العين (متفق عليه)
Dari A’isyah ra dia berkata : RasuluLLah saw telah memerintahkan kami agar meruqyah orang yang terkena gangguan ‘ain (HR. Muttafaun ‘alaih)
2. عن
أمّ سلمة رضي الله عنها أن النبي صلى لله عليه و سلَم رأى فى بيتها جارية
و فى وجهها سَفْعَةً ، فقال : إسترقوا لها، فإن بها النظرة (متفق عليه)
Dari Ummu Salamah ra (mengabarkan) bahwa Nabi saw melihat di rumahnya (Ummu Salamah) ada seorang wanita yang diwajahnya ada saf’ah (cekungan
hitam di sekitar matanya) maka beliau bersabda : Lakukanlah Ruqyah
untuknya (wanita itu) karena dia ada terkena gangguan (nazhoroh/’ain) –
HR. Muttafaqun ‘alaih.
3. عن
أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : كان صلى لله عليه و سلَم يتعوّذ من
الجان و عين الإنسان حتى نزلت المعوّذتان، فأخذ بهما و ترك ما سواهما (رواه
الترمذي)
Dari
Abu Sa’id Al-Khudri ra berkata : Bahwa RasuluLLah saw senantiasa minta
perlindungan dari gannguan jin dan ‘Ain hingga akhirnya turun dua surat
perlindungan (Al Falaq dan An Naas), maka sejak itu dipakailah keduanya
dan dia tinggalkan yang lainnya (HR. At Tirmidzi)
4. عن
جابر رضي الله عنه قال نهي رسول الله صلى لله عليه و سلَم عن الرُّقي
فجاء آل عمرو بن حزم، فقالوا : يا رسول الله إنّه كانت عندنا رقية نرقى بها
من العقرب، قال : فعرضوا عليه، فقال : ما أرى بـأساً، من استطاع أن ينفع
أخاه فلينفعه (رواه مسلم)
Dari
Jabir ra berkata : RasuluLlah saw telah melarang Ruqyah. Maka datanglah
keluarga ‘Amru bin Hazm, mereka berkata : Yaa RosulaLLah bahwa kami
memiliki Ruqyah (mantera) yang biasa kami lakukan jika terkena gangguan
kalajengking. Maka mereka menunjukkankan (Ruqyah itu) kepada RasuluLLah
saw. Lalu beliau bersabda : saya memandang tidak apa-apa ruqyah kalian
itu. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya, maka
lakukanlah. (HR. Muslim)
5. عَنْ
عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى
الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟
فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقَى مَالَمْ
يَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)
Dari
sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa
Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut
pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera)
kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung
kesyirikan” (HR. Muslim).
6. عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت : كان إذا اشتكى رسول الله صلى لله عليه و سلَم، رقاه جبريل عليه السلام، قال : بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ مِنْ كُلِّ دآءٍ يَشْفِيْكَ، وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذاَ حَسَدٍ وَ شَرِّ كُلِّ ذِيْ عَيْنٍ (رواه مسلم)
“Dari
A’isyah ra dia berkata : Bahwa jika RasuluLLah saw ada keluhan
(sakit/gangguan) maka malaikat Jibril meruqyah beliau saw dengan kalimat
: Dengan nama
ALLAH – Dia membebaskanmu dari segala gangguan penyakit Dia
menyembuhkanmu dan dari kejahatan para penghasud ketika hasadnya dan
dari kejahatan setiap gangguan mata” (HR. Muslim)
7. عن
عائشة رضي الله عنها : أن رسول الله صلى لله عليه و سلَم دخل عليها
امرأة تعالجها أو ترقيها فقال : عالجيها بكتاب الله (رواه ابن حبـان)
8. وعَنْ
أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا
وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ
اللَّهِ شَيْئًا قَالَ هِيَ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ. (حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ رواه الترمذي)
Dari
Abu Khuzamah ra dari bapaknya dia berkata : Aku bertanya kepada
RasuluLLah saw telah : Ya RosulaLLah bagaimana pandangan engkau terhadap
Ruqyah-ruqyah yang kami melakukan peruqyahan dengannya dan obat-obatan
yang kami melakukan pengobatan dengannya dan perlindungan-perlindungan
yang kami melakukan dengannya, apakah itu semua bisa menolak takdir
ALLAH ? Jawab beliau saw : Semua itu adalah (juga) takdir ALLAH. (HR. At
Tirmidzi, hasan-shohih)
9. والحديث الذي رواه أحمد
عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي فَقَالَ مَا لِصَبِيِّكُمْ هَذَا
يَبْكِي فَهَلا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ. وفي رواية مالك في موطئه
عن عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم دَخَلَ بَيْتَ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم وَفِي الْبَيْتِ صَبِيٌّ يَبْكِي فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ بِهِ
الْعَيْنَ قَالَ عُرْوَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
أَلا تَسْتَرْقُونَ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ؟
Dengan
memahami bahwa sebelum masa diutusnya RasuluLLah saw, sebagian sahabat
dahulu pada masa Jahiliyah sudah melakukan Ruqyah, Tamimah, Kay,
Tathoyyur, Tiwalah, Nusyroh dsb, maka yang dimaksud pelarangan Ruqyah
itu adalah pelarangan terhadap Ruqyah Jahiliyyah yang mengandung
kesyirikan sebagaimana kebiasaan lainnya yang terlarang itu dan yang
dilarang itu bukanlah Ruqyah Syar’iyyah –
yang RosuluLLah saw sendiri pernah diruqyah dan meruqyah dengan Ruqyah
tersebut, dan Ruqyah itu diajarkan kepada isteri-isteri beliau dan para
sahabat lainnya, bahkan sahabat-sahabatnya yang dahulu pernah meruqyah
tetap didorong untuk terus melakukan kemampuan meruqyah tersebut dengan
dibenahi cara meruqyah sesuai kaidah-kaidah syar’iyyah.
يقول
الشيخ عبد العزيز بن باز بأن الاسترقاء لمن احتاج له لا يخرج المسلم من
اللحاق بالسبعين ألفا حيث أنه مـحتاج للرقية ، ويرى حفظه الله تعالى
استحباب العلاج من المرض.
Syaikh
Abdul ‘Aziz bin Baz berpendapat bahwa memintakan Ruqyah bagi yang
membutuhkannya tidak menyebabkan seorang muslim tidak memperoleh
(kesempatan) termasuk 70 ribu orang (yang dijamin masuk surga tanpa
hisab) beliaupun – hafizhohuLLah – berpandangan bahwa “disukai”
melakukan pengobatan dari derita penyakit.
Sebagai tambahan, berikut ini beberapa penjelasan dari beberapa sumber :
وفي كتاب فتح القدير عند شرح المؤلف لحديث من اكتوى أو استرقى فقد برء مـنالتوكل ، لفعلهمايسنالتنـزهعنهمنالاكتواءلخطرهوالاسترقاء بمالايعرفمنكتاباللهلاحتمالكونهشركاأوهذافيمنفعلمعتمداًعليهالاعلىاللهفصاربذلكبريئاًمنالتوكل، فإنفقدذلكلميكنبريئاًمنه، وقدسبقأنالكيلايتركمطلقاًولايستعملمطلقاًبلعندتعينهطريقاًللشقاءوعدمقيامغيرهمقامهمعمصاحبةاعتقادأنالشفاءبإذناللّهتعالىوالتوكلعليه ، وقالابنقتيبة: الكينوعانكيالصحيحلئلايعتلفهذاالذيقيلفيهمناكتوىلميتوكللأنهيريدأنيدفعالقدروالقدرلايدافع. والثانيكيالجرحإذافسدوالعضوإذاقطعفهوالذيشرعالتداويفيهفإنكانلأمرمحتملفخلافالأولىلمافيهمنتعجيلالتعذيببالنارلأمرغيرمحقق.
وقيل
المراد بترك الرقى والكي الاعتماد على الله في دفع الداء والرضا بقدره ،
لا القدح في جواز ذلك لثبوت وقوعه في الأحاديث الصحيحة وعن السلف الصالح ،
لكن مقام الرضا والتسليم أعلى من تعاطي الأسباب ، يقول الحافظ في تعليقه
على الحديث نقلا عن القرطبي : إن الرقى بأسماء الله تعالى تقتضي التوكل
عليه والالتجاء إليه والرغبة فيما عنده والتبرك بأسمائه ، فلو كان ذلك
قادحاً في التوكل لقدح الدعاء ، إذ لا فرق بين الذكر والدعاء ، وقد رُقي
النبي صلى الله عليه وسلم ورَقى وفعله السلف والخلف ، فلو كان مانعا من
اللحاق بالسبعين أو قادحا في التوكل لم يقع من هؤلاء وفيهم من هو أعلم
وأفضل ممن عداهم .ا.هـ.
Kaidah dalam Ruqyah
قال إبن حجر رحمه الله نقلاً عن الإمام النواوي رحمه الله تعالى : أجمع العلمآء على جواز الرقى عند اجتماع ثلاثة شروط :
- أن تكون بكلام الله أو بأسمآئه و صفاته (والأدعية النبويّة).
- أن تكون باللسان العربي، أو يعرف معناه من غيره.
- أن يعتقد أن الرقية لا تؤثر بذاتها بل بذات الله تعالى.
Ibn
Hajar mengutip pendapat Imam Nawawi rahimahuLLah : “Ijma’ Ulama sepakat
bahwa boleh melakukan Ruqyah dengan memenuhi 3 syarat” :
- Hendaklah dilakukakan dengan kalamuLLah atau Asamaa_ dan SifatNya.
- Hendaklah dengan bahasa arab atau bahasa lain yang dimengerti (yang tidak mengandung kesyirikan).
- Berkeyakinan bahwa bukanlah pelaksanaan ruqyah itu semata-mata yang memberi pengaruh tetapi ALLAH swt yang memberikannya.
Posting Komentar